“Entah mengapa, hari ini aku tidak mendapatkan apa-apa dari kelas yang saban hari kumasuki. Seakan-akan, hanya sebatas masuk kelas, tidak lebih dari itu. Pikiranku melayang entah tak terarah pada apa yang dihadapanku. Aku semakin gelisah, dan semakin pusing dengan hidupku. Kefokusanku telah sirna, harapanku telah punah. Namun, kemauanku untuk berubah tidak pernah goyah. Aku harus mengubah segalanya menjadi lebih baik dan indah. Aku harus mengarahkan hidupku sendiri, sebelum perasaan negative mengarahkan dari keseluruhan waktuku. Aku pasti bisa mengubah segalanya.”
Sepintas coretan seorang yang tampak frustasi dan tidak senang dengan dirinya sendiri, ia tampak tidak bisa fokus kepada keinginannya, ia mudah berputus-asa, namun ia memiliki kemauan yang tidak pernah goyah. Hidup di duni ini seakan-akan tidak memerlukan arahan, walau pun ada yang mengatakan bahwa hidup yang tidak diarahkan seperti perahu di lautan tanpa tujuan. Ia terhempas oleh ombak dan mengikutinya. Perlu diingat, tak jarang orang justru menjadi frustasi karena tujuannya belum terlihat. Belum menemukan hasil dari apa yang dilakukannya. Benarkan harus memiliki arah dalam hidup ini, atau sekedar mengikuti arah yang sudah ada?
Tujuan hidup adalah untuk mati, orang hidup pada hakekatnya adalah untuk mati. Lalu, untuk apa mencari hidup yang tidak bisa bermanfaat saat mati? Mengikuti arah kehidupan, sama halnya menutupi arah untuk kematian. Karena kehidupan sudah menjadi tujuan, seakan-akan kematian terlupakan. Sehingga, kita harus mengarahkan hidup kita untuk kematian.
Saat kita belajar, arahkanlah belajar tersebut untuk kematian kita. Termasuk juga saat kita bekerja, katakanlah seolah-olah kita akan masuk dalam liang lahat pada esok hari. Pekerjaan akan menjadi lebih kita sikapi dengan fleksibel, kita tidak mudah jenuh dalam bekerja, kita tidak mudah frustasi dalam belajar, dan tidak mudah berputus asa. Karena, kita menyadari bahwa semua yang kita lakukan dan hasilkan dari kehidupan dunia tidak selamanya kita gunakan pada kehidupan setelah kematian.
Tidak cukup mengarahkan kehidupan ini untuk kematian—seakan-akan mati pada esok hari, terlebih juga kita harus menyeimbangkannya seolah-olah kita juga akan hidup seribu tahun lagi. Dengan penuh harapan dan optimisme, kita menemukan kekuatan dalam harapan. Yang menghantarkan setiap langkah kita pada kemajuan.
Harapan membuat hidup seseorang fokus, tidak mudah menyerah dengan keadaan. Jika kita memiliki harapan untuk kehidupan lebih lama, akan menyebabkan produktif pada pekerjaan yang kita lakukan setiap hari. Harapkan yang terbaik dari apa yang kita lakukan, bukan mengharapkan hasil yang terbaik. Dengan artian, harapkan kemaksimalan proses dibangding hasil yang belum terang kejelasannya.
Menyeimbangkan antara harapan dan kekawatiran, akan menjadikan hidup kita penuh damai, tentram, semangat, fokus, tidak mudah putus-asa.
Selain itu, yang membuat langkah ini terhenti untuk belajar dan bekerja adalah perspektif kita yang salah mengenai masalah yang kita hadapi. Masalah itu adalah kesenjangan (ketidaksesuaian) antara apa yang telah menjadi kenyataan dengan kenyataan yang diharapkan. Di sinilah pentingnya mengarahkan kesadaran bahwa kehidup di dunia ini sangatlah amat singkat. Sesingkat kita menunggu antrian.
Mengubah perspektif kita, itu berarti mengubah bagaimana kita menggunakan kaca-mata negative menjadi kaca-mata positif. Masalah apa pun, jika dilihat dari perspektif positif banyak mengandung manfaat yang tiada tara. Dan perspektif akan mempengaruhi sikap kita terhadap pekerjaa atau masalah itu sendiri.
Misalnya saja, saat anda dihadapkan pada suatu keadaan yang menyudutkan diri anda. Apakah anda pernah berfikir sejenak untuk memilih melihat masalah tersebut dari perspektif positif, atau sebaliknya?
Jika anda menyadari bahwa hidup adalah pilihan, tentu anda tidak akn terjebak pada situasi dan keadaan hati yang seringkali melawan kenyataan. Kenyataan pada dasarnya bukanlah masalah. Yang menjadi masalah pada intinya terletak pada “cara” pandang kita mengenai masalah itu sendiri.
Maka, sadarilah sebelum bekerja, berfikir sebelum segala sesuatunya dilakukan. Baru kemudian, pilihalah pilihan yang sedang ada di benak anda dan lakukan apa yang anda yakini untuk dilakukan.